Membaca.
Mendengar satu kata dengan tiga suku di dalamnya seperti memunculkan persepsi
yang membosankan. “adakah kegiatan yang lebih fun?”
“tidakkah harusnya kita ke kafe saja?” “cari tempat hitsaja
yuk” .
Yah.. mungkin seperti
itu feedback yang akan anda
dapat jika mengajak remaja Indonesia untuk membaca (based
on my experience). Jelas saja, tingkat gemar membaca negara ini masih
jauh terbelakang, bahkan nyaris menempati posisi akhir tepatnya 60 dari 65
negara. Lantas apa yang bisa dilakukan? Atau jangan sampai situ dulu, lantas
apa impact yang berarti jika
gemar membaca Indonesia naik? Apakah hanya mencari kuantitas?
Membaca mungkin
terdengar seperti kegiatan yang sepele, mungkin karena itu pula banyak yang tak
mencobanya. Namun, bukankah hal-hal besar diawali dari hal-hal kecil? Dosen
saya terkenal dengan quotenya yang legend di kampus kami, jika ingin
perubahan terjadi maka kuncinya 3M; Mulai dari sekarang, Mulai dari hal kecil
dan Mulai dari diri sendiri. Lagi-lagi sederhana, namun berarti. Membaca pada
dasarnya kegiatan menambah ilmu, kegiatan memasukan informasi baru ke dalam
memori, kegiatan menatap tulisan atau apa? banyak definisi bukan? Namun
sebenarnya mempunyai makna yang sama.
Banyak hal besar di
dunia ini dimulai dari gemar membaca. Sebelum jauh fokus kita ke Einsten, kita
perlu tengok sebentar mantan orang nomor satu Indonesia yang kini namanya
melalang buana di perfilman Indonesia. Siapa lagi kalo bukan Pak Habibie. Rudi
Habibie memulai kegemarannya akan pesawat sejak ia melihat pesawat itu sendiri
terbang di udara, namun ia tidak ingin menciptakan pesawat yang ia lihat,
karena pesawat tersebut hanya akan "mem-bom" atau kita kenal dengan
pesawat tempur.
Kecintaannya dengan
pesawat menggerakannya untuk lebih gemar membaca, terutama buku seputar sains
khususnya fisika. Bahkan hingga kini ia masih gemar membaca, kecintaannya
membaca mendorong ia untuk membangun perpustakaan pribadi. See? bahkan
saya bisa tahu apa yang terjadi di masa silam. Masa dimana saya belum terlahir.
Tentu saja, itu semua juga karena buku yang rela mengantar saya.
Pasti beberapa
dari anda bertanya-tanya mengapa saya hanya membahas remaja dalam kegiatan
gemar membaca ini? Bukankah membaca diperuntukkan untuk semua orang tanpa
memandang usia atau statusnya?
Ya, benar.. tetapi yang membuat saya
ingin membahas khusus diperuntukan bagi remaja ialah, menurut saya, saya akan
lebih menguasi bagaimana perasaan remaja itu sendiri, karena saya pun masih
terbilang dalam fase remaja. Kedua, remaja merupakan generasi kini yang sedang
dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa, jadi sebenarnya kegiatan gemar
membaca menjadi hal yang urgent untuk remaja.
Pada dasarnya banyak juga remaja
Indonesia yang gemar membaca. Entah itu membaca novel, majalah, essay,
buku sejarah, biografi atau beranda medsos (?). Apapun itu. Namun, sayangnya
yang kita maksud banyak belum sama sekali cukup. Remaja dalam arti kini:
generasi Z/Milenial yang sedang dicobai oleh teknologi masih sangat terjerumus
pada hilangnya budaya dan nilai yang patutnya terus dijaga.
Contoh sederhana, perilaku hedonisme
yang kian menjamur. Nongkrong, cari tempat "Hits" atau
berfoya-foya. Tak ada salahnya, namun yang menjadi masalah banyaknya yang
mementingkan pencitraan belaka, media sosial seakan menjadi platform untuk pamer,
untuk membiaskan kehidupan sebenarnya yang jauh dari kata sejahtera.
Miris sebenarnya, namun itulah
realita. Masih banyak yang salfok atau salah fokus. Fokus
mereka terkadang bukan kepada apa yang akan dicapai di masa depan, namun apa
yang perlu saya pamer dan harga diri saya naik ketika bersama teman-teman saya.
Aksi nyata dari pemerintah sendiri
mengenai menaikan tingkat gemar membaca di Indonesia sendiri sebenarnya telah
lama berkumandang, mulai dari disediakan lebih banyak lagi perpustakaan bahkan
hingga daerah pedalaman, adanya perpustakaan keliling dengan harapan dimanapun
masyarakat senantiasa dapat membaca sampai dicetusnya duta baca Indonesia,
presenter cerdas Najwa Shihab. Banyak langkah, namun perubahan yang signifikan
belum begitu terlihat. Dibuktikan dengan hasil survey dimana hanya 9% remaja
Indonesia yang masih gemar membaca. 9%!!
Mengapa remaja Indonesia perlu gemar
membaca?
1. Menaikan Posisi Indonesia di Mata
Dunia
Untuk awal jangan muluk-muluk,
seperti yang telah dibahas sebelumnya, posisi kita berada pada angka 60 dari 65
negara mengenai tingkat gemar membaca. Hal ini tentu menjadi tamparan keras
untuk Indonesia, ketika banyak negara besar berlomba-lomba menaikan standar
dalam aspek lain, sementara Indonesia kian berada pada posisi nyaris terbawah
dalam hal sesederhana membaca. Jika kita bisa menaikan kuantitas dan kualitas
secara bersama, mengapa tidak?
2. Remaja Sebagai Penerus Bangsa
Bangsa ini akan bertumbuh menjadi
bangsa yang semakin complicated, penerus bangsa yang
diperlukan bukan mereka yang hanya mementingkan penampilan dan gaya hidup
hedonisme, tapi mereka yang mempunyai ilmu sebanyak mungkin untuk membangun
bangsa lebih baik.
3. Membaca Meliarkan Imajinasi Kita
ke Arah Positif dan Kreatif.
Beberapa tahun depan, persaingan antar
yang kini adalah remaja akan begitu sengit. Bukan hanya antar daerah, kota atau
provinsi, tapi antar negara. Isu ini sebenarnya mesti mendorong remaja untuk
lebih membutuhkan pemikiran yang kreatif, agar kelak mereka tidak lagi hanya
mengharapkan pemerintah atau perusahaan-perusahaan untuk membeli gelar mereka,
namun dari diri mereka sendiri dapat muncul ide-ide baru yang dapat membantu
diri sendiri dalam persaingan maupun orang lain.
Dengan hal ini pula tentu dapat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi walaupun terbilang kecil. Dengan pemikiran
yang posif pula, Indonesia masih bisa mempunyai harapan. Harapan agar kehidupan
sosial yang lebih baik dari yang terjadi kini. Dengan pengetahuan yang cukup
dan bekal positif dalam diri, remaja dapat bertumbuh menjadi generasi yang open
minded, yang tidak mudah dipengaruhi atau
diprovokasi.
4. Remaja, Fase terbaik Seseorang
Memulai Berkarya
Mungkin ada dari pada kita yang
berpikir bahwa untuk menghasilkan sebuah karya kita perlu menunggu waktu itu
benar-benar tiba, yakni ketika kita lebih dewasa dari sekarang. namun, apa
sebenarnya yang melatarbelakangi itu? bukankah lebih awal lebih baik? untuk
berkarya sendiri remaja memerlukan banyak referensi dalam bidang apapun, baik
seni, sastra atau bahkan penemuan-penemuan baru?
5. Remaja, Proses Kognitif Masih
Sangat Ideal
Ketika menua, seseorang akan
mengalami penurunan baik dari segi fisik maupun psikologis. Salah satunya aspek
kognitif. Masa remaja merupakan masa dimana keadaan kognitif dan proses memori
seseorang terbilang sangat baik, maka untuk mensyukuri dan menyeimbangkan hal
tersebut, kita perlu lebih melatih kemampuan kognitif kita salah satunya dengan
membaca.
6. Remaja "Perlu Dewasa Secepat
Mungkin!"
Dewasa di sini dalam arti dewasa
secara berpikir dan bertingkah laku. Secara Psikologis, ketika menginjak masa
remaja seseorang menemui masa stress and strom. Di mana masa
tersebut seseorang akan mengalami banyak masalah yang diakibatkan oleh banyak
faktor seperti hubungan dengan orang tua, pertumbuhan hormon, lingkungan yang
tidak sehat dan faktor lainnya.
Bukan karena para ahli telah
menyematkan masa remaja sebagai masa yang bermasalah kemudian membuat kita
berpersepsi bahwa wajar jika remaja bermasalah, hal tersebut bukan tentang
wajar atau tidak, namun merugikan dan tidak. Tentunya merugikan, dapat kita
lihat begitu banyak kasus kejahatan khususnya kejahatan seksual yang dilakukan
oleh remaja. Jika gemar membaca telah dilakukan, ilmu yang didapat lebih
banyak, maka perilaku-perilaku tersebut dapat kita reduksi walaupun faktor
penyebab utama bukan karena kurangnya pengetahuan atau ilmu, namun karena
perkembangan teknologi.
7. Perkembangan Teknologi Mesti
Seimbang dengan Perkembangan Intelektual
Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, bahwa remaja pada generasi Z sedang "dicobai" oleh
teknologi. Beragam teknologi mulai dari yang sederhana hingga sangat canggih
sekalipun dapat remaja akses dimasa kini, hal ini tentunya mempunyai dampak
positif yaitu mempermudah segala urusan kehidupan. Namun, dampak negatif dari
teknologi itu sendiri adalah penyalahgunaannya.
Maka untuk menghindari
penyalahgunaan teknologi yang diciptakan dengan tujuan baik ini, kegiatan
membaca dapat menjadi salah satu pilihannya. Dengan membaca meningkatkan
perkembangan intelektual seseorang, sehingga ia lebih terbuka pada apa makna positif
dari melek teknologi itu sendiri.
8. Tidak Ada Alasan untuk Tidak
Membaca!
Begitu banyak faktor yang
melatarbelakangi remaja untuk gemar membaca, namun tidak ada satupun alasan
yang kuat untuk membuat remaja tidak membaca. Remaja Indonesia tentunya generasi-generasi
yang brilian, mereka harus sadar betul akan hal ini. Mereka harus menyadari
pentingnya membaca untuk kehidupan mereka bahkan kehidupan orang lain.
Sepertinya mereka perlu diingatkan lagi pepatah tua "Buku adalah jendela
dunia" jika mereka ingat, minimal mereka tahu kemana harus mereka
sering nongkrong.. kafe atau perpustakaan? …www.kompasiana.com
0 comments:
Post a Comment