Friday, December 7, 2018

Annisa Triananda Dias Putri....Sangat Gemar Baca Buku.



Membaca. Mendengar satu kata dengan tiga suku di dalamnya seperti memunculkan persepsi yang membosankan. “adakah kegiatan yang lebih fun?” “tidakkah harusnya kita ke kafe saja?” “cari tempat hitsaja yuk” . 
Yah.. mungkin seperti itu feedback yang akan anda dapat jika mengajak remaja Indonesia untuk membaca (based on my experience). Jelas saja, tingkat gemar membaca negara ini masih jauh terbelakang, bahkan nyaris menempati posisi akhir tepatnya 60 dari 65 negara. Lantas apa yang bisa dilakukan? Atau jangan sampai situ dulu, lantas apa impact yang berarti jika gemar membaca Indonesia naik? Apakah hanya mencari kuantitas?
Membaca mungkin terdengar seperti kegiatan yang sepele, mungkin karena itu pula banyak yang tak mencobanya. Namun, bukankah hal-hal besar diawali dari hal-hal kecil? Dosen saya terkenal dengan quotenya yang legend di kampus kami, jika ingin perubahan terjadi maka kuncinya 3M; Mulai dari sekarang, Mulai dari hal kecil dan Mulai dari diri sendiri. Lagi-lagi sederhana, namun berarti. Membaca pada dasarnya kegiatan menambah ilmu, kegiatan memasukan informasi baru ke dalam memori, kegiatan menatap tulisan atau apa? banyak definisi bukan? Namun sebenarnya mempunyai makna yang sama.
Banyak hal besar di dunia ini dimulai dari gemar membaca. Sebelum jauh fokus kita ke Einsten, kita perlu tengok sebentar mantan orang nomor satu Indonesia yang kini namanya melalang buana di perfilman Indonesia. Siapa lagi kalo bukan Pak Habibie. Rudi Habibie memulai kegemarannya akan pesawat sejak ia melihat pesawat itu sendiri terbang di udara, namun ia tidak ingin menciptakan pesawat yang ia lihat, karena pesawat tersebut hanya akan "mem-bom" atau kita kenal dengan pesawat tempur. 
Kecintaannya dengan pesawat menggerakannya untuk lebih gemar membaca, terutama buku seputar sains khususnya fisika. Bahkan hingga kini ia masih gemar membaca, kecintaannya membaca mendorong ia untuk membangun perpustakaan pribadi. See? bahkan saya bisa tahu apa yang terjadi di masa silam. Masa dimana saya belum terlahir. Tentu saja, itu semua juga karena buku yang rela mengantar saya.
Pasti beberapa dari anda bertanya-tanya mengapa saya hanya membahas remaja dalam kegiatan gemar membaca ini? Bukankah membaca diperuntukkan untuk semua orang tanpa memandang usia atau statusnya? 
Ya, benar.. tetapi yang membuat saya ingin membahas khusus diperuntukan bagi remaja ialah, menurut saya, saya akan lebih menguasi bagaimana perasaan remaja itu sendiri, karena saya pun masih terbilang dalam fase remaja. Kedua, remaja merupakan generasi kini yang sedang dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa, jadi sebenarnya kegiatan gemar membaca menjadi hal yang urgent untuk remaja.
Pada dasarnya banyak juga remaja Indonesia yang gemar membaca. Entah itu membaca novel, majalah, essay, buku sejarah, biografi atau beranda medsos (?). Apapun itu. Namun, sayangnya yang kita maksud banyak belum sama sekali cukup. Remaja dalam arti kini: generasi Z/Milenial yang sedang dicobai oleh teknologi masih sangat terjerumus pada hilangnya budaya dan nilai yang patutnya terus dijaga. 
Contoh sederhana, perilaku hedonisme yang kian menjamur. Nongkrong, cari tempat "Hits" atau berfoya-foya. Tak ada salahnya, namun yang menjadi masalah banyaknya yang mementingkan pencitraan belaka, media sosial seakan menjadi platform untuk pamer, untuk membiaskan kehidupan sebenarnya yang jauh dari kata sejahtera. 
Miris sebenarnya, namun itulah realita. Masih banyak yang salfok atau salah fokus. Fokus mereka terkadang bukan kepada apa yang akan dicapai di masa depan, namun apa yang perlu saya pamer dan harga diri saya naik ketika bersama teman-teman saya.
Aksi nyata dari pemerintah sendiri mengenai menaikan tingkat gemar membaca di Indonesia sendiri sebenarnya telah lama berkumandang, mulai dari disediakan lebih banyak lagi perpustakaan bahkan hingga daerah pedalaman, adanya perpustakaan keliling dengan harapan dimanapun masyarakat senantiasa dapat membaca sampai dicetusnya duta baca Indonesia, presenter cerdas Najwa Shihab. Banyak langkah, namun perubahan yang signifikan belum begitu terlihat. Dibuktikan dengan hasil survey dimana hanya 9% remaja Indonesia yang masih gemar membaca. 9%!!
Mengapa remaja Indonesia perlu gemar membaca?

1. Menaikan Posisi Indonesia di Mata Dunia
Untuk awal jangan muluk-muluk, seperti yang telah dibahas sebelumnya, posisi kita berada pada angka 60 dari 65 negara mengenai tingkat gemar membaca. Hal ini tentu menjadi tamparan keras untuk Indonesia, ketika banyak negara besar berlomba-lomba menaikan standar dalam aspek lain, sementara Indonesia kian berada pada posisi nyaris terbawah dalam hal sesederhana membaca. Jika kita bisa menaikan kuantitas dan kualitas secara bersama, mengapa tidak?

2. Remaja Sebagai Penerus Bangsa
Bangsa ini akan bertumbuh menjadi bangsa yang semakin  complicated, penerus bangsa yang diperlukan bukan mereka yang hanya mementingkan penampilan dan gaya hidup hedonisme, tapi mereka yang mempunyai ilmu sebanyak mungkin untuk membangun bangsa lebih baik.

3. Membaca Meliarkan Imajinasi Kita ke Arah Positif dan Kreatif.
Beberapa tahun depan, persaingan antar yang kini adalah remaja akan begitu sengit. Bukan hanya antar daerah, kota atau provinsi, tapi antar negara. Isu ini sebenarnya mesti mendorong remaja untuk lebih membutuhkan pemikiran yang kreatif, agar kelak mereka tidak lagi hanya mengharapkan pemerintah atau perusahaan-perusahaan untuk membeli gelar mereka, namun dari diri mereka sendiri dapat muncul ide-ide baru yang dapat membantu diri sendiri dalam persaingan maupun orang lain. 
Dengan hal ini pula tentu dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi walaupun terbilang kecil. Dengan pemikiran yang posif pula, Indonesia masih bisa mempunyai harapan. Harapan agar kehidupan sosial yang lebih baik dari yang terjadi kini. Dengan pengetahuan yang cukup dan bekal positif dalam diri, remaja dapat bertumbuh menjadi generasi yang open minded, yang tidak mudah dipengaruhi atau
diprovokasi.

4. Remaja, Fase terbaik Seseorang Memulai Berkarya
Mungkin ada dari pada kita yang berpikir bahwa untuk menghasilkan sebuah karya kita perlu menunggu waktu itu benar-benar tiba, yakni ketika kita lebih dewasa dari sekarang. namun, apa sebenarnya yang melatarbelakangi itu? bukankah lebih awal lebih baik? untuk berkarya sendiri remaja memerlukan banyak referensi dalam bidang apapun, baik seni, sastra atau bahkan penemuan-penemuan baru?

5. Remaja, Proses Kognitif Masih Sangat Ideal
Ketika menua, seseorang akan mengalami penurunan baik dari segi fisik maupun psikologis. Salah satunya aspek kognitif. Masa remaja merupakan masa dimana keadaan kognitif dan proses memori seseorang terbilang sangat baik, maka untuk mensyukuri dan menyeimbangkan hal tersebut, kita perlu lebih melatih kemampuan kognitif kita salah satunya dengan membaca. 

6. Remaja "Perlu Dewasa Secepat Mungkin!"
Dewasa di sini dalam arti dewasa secara berpikir dan bertingkah laku. Secara Psikologis, ketika menginjak masa remaja seseorang menemui masa stress and strom. Di mana masa tersebut seseorang akan mengalami banyak masalah yang diakibatkan oleh banyak faktor seperti hubungan dengan orang tua, pertumbuhan hormon, lingkungan yang tidak sehat dan faktor lainnya. 
Bukan karena para ahli telah menyematkan masa remaja sebagai masa yang bermasalah kemudian membuat kita berpersepsi bahwa wajar jika remaja bermasalah, hal tersebut bukan tentang wajar atau tidak, namun merugikan dan tidak. Tentunya merugikan, dapat kita lihat begitu banyak kasus kejahatan khususnya kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Jika gemar membaca telah dilakukan, ilmu yang didapat lebih banyak, maka perilaku-perilaku tersebut dapat kita reduksi walaupun faktor penyebab utama bukan karena kurangnya pengetahuan atau ilmu, namun karena perkembangan teknologi. 

7. Perkembangan Teknologi Mesti Seimbang dengan Perkembangan Intelektual 
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa remaja pada generasi Z sedang "dicobai" oleh teknologi. Beragam teknologi mulai dari yang sederhana hingga sangat canggih sekalipun dapat remaja akses dimasa kini, hal ini tentunya mempunyai dampak positif yaitu mempermudah segala urusan kehidupan. Namun, dampak negatif dari teknologi itu sendiri adalah penyalahgunaannya. 
Maka untuk menghindari penyalahgunaan teknologi yang diciptakan dengan tujuan baik ini, kegiatan membaca dapat menjadi salah satu pilihannya.  Dengan membaca meningkatkan perkembangan intelektual seseorang, sehingga ia lebih terbuka pada apa makna positif dari melek teknologi itu sendiri. 

8. Tidak Ada Alasan untuk Tidak Membaca!
Begitu banyak faktor yang melatarbelakangi remaja untuk gemar membaca, namun tidak ada satupun alasan yang kuat untuk membuat remaja tidak membaca. Remaja Indonesia tentunya generasi-generasi yang brilian, mereka harus sadar betul akan hal ini. Mereka harus menyadari pentingnya membaca untuk kehidupan mereka bahkan kehidupan orang lain. Sepertinya mereka perlu diingatkan lagi pepatah tua "Buku adalah jendela dunia" jika mereka ingat, minimal mereka tahu kemana harus mereka  sering nongkrong.. kafe atau perpustakaan? …www.kompasiana.com


0 comments:

Post a Comment