Saturday, October 13, 2018

Kisah Inspiratif !!! Kisah Perjuangan Ibu Untuk Anaknya.



Kisah Inspiratif !!! Kisah Perjuangan Ibu Untuk Anaknya,

Kisah ini yaitu kisah riil satu keluarga yang begitu miskin, yang memiliki seseorang anak laki-laki. Ayahnya telah meninggal dunia, tinggalah ibu serta anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang diri membesarkan anaknya, serta disaat itu kampung itu belum memiliki listrik. Waktu membaca buku, sang anak itu diterangi sinar lampu minyak, sedang ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak masuk sekolah menengah atas. Tetapi justru waktu itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tak dapat lagi bekerja disawah. Waktu itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak tahu kalau ibuya tidak mungkin dapat memberikan tiga puluh kg beras itu. Serta lalu berkata pada ibunya :
 " Ma, saya ingin berhenti sekolah serta membantu ibu bekerja disawah ".

Ibunya mengelus kepala anaknya serta berkata : " Anda memiliki niat seperti itu ibu sudah suka sekali tetapi anda mesti tetap sekolah. Janganlah cemas, bila ibu telah melahirkan anda, tentu dapat merawat serta menjaga anda. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah kelak berasnya ibu yang bakal bawa ke sana ".

Karena sang anak tetap bersikeras tidak ingin mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak itu. Serta ini yaitu pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya selalu berpikir serta merenung dalam hati sambil lihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tidak berapa lama, dengan terpincang-pincang serta nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah serta turunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras serta buka kantongnya serta mengambil segenggam beras lalu menimbangnya serta berkata :

 " Kalian para wali murid selalu sukai mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, di sini berisi campuran beras serta gabah. Jadi kalian sangka kantin saya ini tempat penampungan beras campuran".
Sang ibu ini juga malu serta berkali-kali meminta maaf pada ibu pengawas itu.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras serta masuk dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong itu serta lihat. Masih dengan alis yang mengerut serta berkata :

 " Masih dengan beras yang sama ". Pengawas itupun berpikir, apakah tempo hari itu dia belum berpesan dengan Ibu ini serta lalu berkata : " Tidak perduli beras apa pun yang Ibu berikan kami bakal terima namun jenisnya mesti dipisah janganlah dicampur bersama, bila tak jadi beras yang dimasak tak dapat matang prima. Selanjutnya bila begini lagi, jadi saya tak dapat menerimanya ".

Sang ibu sedikit takut serta berkata : " Ibu pengawas, beras dirumah kami semua seperti ini jadi bagaimana? "

Pengawas itu juga tidak mau tahu serta berkata : " Ibu miliki berapa hektar tanah sehingga dapat menanam bermacam-macam type beras? "

Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu itu akhirnya tak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bln. ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali geram besar dengan kalimat kasar serta berkata : " Anda sebagai ibu mengapa demikian keras kepala, mengapa tetap masih membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu! ".

Dengan berlinang air mata sang ibu juga berlutut di depan pengawas itu serta berkata : " Maafkan saya bu, sesungguhnya beras ini saya bisa dari mengemis ".

Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget serta tak dapat berkata apa-apa lagi. Sang ibu itu pada akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya serta memperlihatkan kakinya yang telah mengeras serta membengkak. Sang ibu itu menghapus air mata serta berkata : " Saya menderita rematik stadium paling akhir, bahkan untuk jalan juga sulit, terlebih untuk bercocok tanam. Anakku begitu tahu keadaanku serta ingin berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang serta menyuruhnya bersekolah lagi. " Sampai kini dia tak memberitahu sanak saudaranya yang ada dikampung samping. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong serta pertolongan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari telah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Hingga pada awal bln. semuanya beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, lalu mengangkat ibu itu dari lantai serta berkata : " Bu saat ini saya bakal melapor pada kepala sekolah, agar dapat diberikan sumbangan untuk keluarga ibu. "

Sang ibu buru- buru menolak serta berkata : " Jangan sampai, bila anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, jadi itu bakal menghancurkan harga dirinya. Serta itu bakal mengganggu sekolahnya. Saya begitu terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu dapat menjaga rahasia ini. "

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan cost sekolah serta cost hidup anak itu selama tiga tahun. Sesudah Tiga th. lalu, sang anak itu lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point. Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini terasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, namun mengapa cuma ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masih tetap ada tiga kantong beras.

Pengawas sekolah itu akhirnya maju kedepan serta menceritakan cerita sang ibu ini yang mengemis beras untuk anaknya bersekolah. Kepala sekolah juga menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru serta berkata :

 " Inilah sang ibu dalam narasi tadi. " Serta mempersilakan sang ibu itu yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.

Anak dari sang ibu itu dengan bebrapa sangsi melihat kebelakang serta lihat gurunya menuntun mamanya jalan keatas mimbar. Sang ibu serta sang anakpun saling bertatapan. Pandangan ibu yang hangat serta lembut tertuju pada anaknya. Akhirnya sang anak juga memeluk.



0 comments:

Post a Comment